Kamis, 18 Desember 2014

Unit Cost & Break Event Point

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....
Pada pertemuan kali ini, mata kuliah manajemen keuangan membahas tentang "Unit Cost & Break Event Point (BEP)"



Pengertian Unit Cost
Unit cost adalah biaya per unit produk, yang secara sistematis dapat didefinisikan sebagai nilai pembagian antara total cost yang dibutuhkan dengan jumlah unit produk (barang atau jasa) yang dihasilkan.
Manfaat dari unit cost adalah:

  • Membantu manajemen dalam menilai dan meninjau positioning biaya terhadap suatu biaya yang dikeluarkan di masa depan.
  • Memberi masukan atau acuan dalam mengusulkan tariff baru berdasarkan perhitungan biaya perunit.
Pengertian Break Event Point
Break Event Point adalah titik impas dimana keadaan jumlah pendapatan dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan atau kegiatan.
Break Event Point (BEP) memerlukan komponen penghitungan dasar yaitu:

  1. Fixed Cost. Komponen ini merupakan biaya yang tetap atau konstan jika adanya tindakan produksi atau meskipun perusahaan tidak berproduksi. Contoh biaya ini yiatu biaya tenaga kerja, biaya penyusutan mesin.
  2. Variabel Cost. Komponen ini merupakan biaya per unit yang sifatnya dinamis tergantung dari tindakan volume produksinya. Jika produksi yang direncanakan meningkat berarti variabel cost pasti akan meningkat. Contoh biaya ini yaitu biaya bahan baku dan biaya listrik.
  3. Selling Price. Komponen ini adalah harga jual per unit barang atau jasa yang telah diproduksi.
Rumus yang digunakan untuk menganalisis BEP ini terdiri dari dua macam sebagai berikut:

  1. Dasar UnitBerapa unit jumlah barang atau jasa yang harus dihasilkan untuk mendapatkan titik impas : BEP = FC/ (P-VC)
  2. Dasar Penjualan. Berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima untuk mendapatkan titik impas : FC/ ( 1- (VC/P)) *penghitungan (1- (VC/P)) biasa juga disebut dengan istilah Margin Kontribusi Per Unit. 
Contoh : Total biaya tetap senilai Rp. 100 juta
Total biaya variabel per unit senilai Rp. 60 ribu
Harga jual barang per unit senilai Rp. 80 ribu 

Penghitungan BEP Unit
BEP = FC/ (P – VC)
BEP = 100.000.000/ ( 80.000 – 60.000)
BEP = Rp 5000 

Penghitungan BEP Rupiah
BEP = FC/ (1 – (VC/P))
BEP = 100.000.000/ (1 – (60.000/80.000))
BEP = Rp. 400.000.000 

Dari analisis inilah perusahaan dapat meramalkan keuntungan yang dapat diperoleh (target laba) berdasarkan berapa penjualan minumnya. Adapun rumus untuk menghitung target ini sebagai berikut:
BEP – Laba = (FC + Target Laba)/ (P – VC)
Menghitung target laba ini, FC, VC, dan P yang sama dengan contoh sebelumnya, perusahaan ini menargetkan laba sebesar RP 80 juta per bulan. 
BEP – Laba = (FC + target Laba) / (P – VC)
BEP – Laba = ( 100.000.000 + 80.000.000) / (80.000 – 60.000)
BEP – Laba = 180.000.000 / 20.000
BEP – Laba = 9.000 unit
BEP – Laba = Rp. 720 juta ( 9.000 unit x Rp. 80.000)
Untuk membuktikan bahwa dengan menjual 9.000 unit perusahaan akan perusahaan akan mendapatkan laba sebesar Rp. 720 juta.

Pengertian Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang tidak dapat berubah selama periode tertentu, tetapi dapat berubah secara total dengan kondisi perubahan yang besar dari sebuah aktivitas atau volume. Biaya yang tidak berubah jumlahnya walaupun kegiatan bisnis meningkat atau menurun. Meskipun beberapa jenis biaya tampak tetap, namun dalam jangka panjang semua biaya adalah variabel. Jika semua kegitan menurun sampai nol dan tidak ada prospek bagi kegiatan tersebut untuk meningkat, perusahaan akan melakukan likuidasi dengan demikian perusahaan menghindari semua biaya. Jika kegiatan diharapkan meningkat samapi melebihi kapasitas yang ada saat ini, biaya tetap harus ditingkatkan untuk mengimbangi kelebihan volume tersebut.

Biaya Variabel
Biaya variabel adalah jenis biaya yang dapat difungsikan untuk melengkapi biaya tetap dan bersifat dinamis. Ia mengikuti banyaknya jumlah unit yang diproduksinya ataupun banyaknya aktiftas yang dilakukan. Pada biaya ini, jumlah yang akan kita keluarkan per unit atau per aktivitas berjumlah tetap sedangkan untuk biaya secara total jumlahnya akan menyesuaikan dengan banyaknya jumlah unit yang akan diproduksi ataupun jumlah aktivitas yang dilakukan.

Contoh : biaya sks yang merupakan biaya variabel, yang besar jumlahnya tergantung pada jumlah sks yang kita ambil x biaya per sks yang telah ditetapkan.

Menghitung Unit Cost
Diketahui bahwa perusahaan ABC bergerak dibidang garment, dimana setiap bulannya biaya total cost adalah 50 juta dan perusahaan juga memiliki biaya output yang dikeluarkan oleh perusahaan. Jadi biaya total output yang dikeluarkan perusahaan adalah 25 juta. Bagaimanakah cara penghitungan unit cost pada perusahaan ABC tersebut?
Jawaban :
          Diketahui: Biaya total cost : 50 juta
                            Biaya total output : 25 juta
          Ditanya   : Unit Cost?
          Jawaban  : Unit Cost  = TC / TO
                                             = 50.000.000 / 25.000.000
                                             = 25.000.000

Menghitung Break Event Point
Diketahui bahwa perusahaan XYZ bergerak di bidang garment, dimana setiap bulan biaya yang dikeluarkan perusahaan tersebut adalah 50  juta dan untuk biaya variabel per unit barang di perusahaan tersebut adalah 4  juta dan harga jual per unit barangnya adalah 5  juta. Dan kapasitas produksi maksimal 1 juta.
Bagaimanakah cara perhitungan break even point dari perusahaan tersebut?

Jawaban :

BEP (Q) = FC/ P – V
               = 50.000.000 / 5.000.000 - 4.000.000
               = 50 unit
Atau
                 P – V = contribution margin = 5.000.000 – 4.000.000 = 1.000.000
                 BEP (Q) = FC / Contribution margin
                                = 50.000.000 / 1.000.000
                                = 50 unit
                 BEP (P) berdasarkan harga penjualan rupiah
                                = FC / 1 – TVC / S
                 KET :
Sales (S) atau volume penjualan = P x Q = 5.000.000 x 1.000.000 = 5.000.000
Total variabel cost (TVC) = VC x Q = 4.000.000 x 1.000.000 = 4.000.000
BEP (Rp) = FC/(1 – (VC/P))
                = 50.000.000 / (1 – (4.000.000 / 5.000.000))
                = 250.000.000
BEP (Q) = BEP (RP) / P
               = 250.000.000 / 5.000.000
               = 50
Contribution margin ratio atau contribution to fixed cost 
               = 1 – 4.000.000 / 5.000.000 = 0,2
Setiap perubahan penjualan akan menyebabkan setiap perubah fixed cost 0,6 atau 60%.

Peranan Unit Cost dan Analisis Break Event Point dalam Keuangan Pendidikan
Satuan biaya pendidikan merupakan biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk melaksanakan pendidikan di sekolah per muridtahun anggaran. Satuan biaya ini merupakan fungsi dari besarnya pengeluaran sekolah serta banyaknya murid sekolah ( Fattah, 2000:27). Dana merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi peneglolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalamnya implementasi manajamen berbasis sekolah, yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencankaan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan pengelolaan dana secara transparan. Dalam penyelenggaraan pendidikan sumber dana ini merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan baguan yang tak terpisahkan dalam kajian pengelolaan pendidikan.

Jenis-jenis biaya pendidikan ini ditanggung oleh orang tua siswa baik yang langsung dibayarkan kepada sekolah maupun yang dibelanjakan sendiri oleh siswa sangat perlu untuk diketahui oleh pengelola sekolah. Hal ini penting untuk diketahui dalam rangka menentukan kebijakan yang lebih operasioanl tentang pembiayaan pendidikan pada tingkat sekolah. Apabila jumlah pengeluaran siswa untuk masing-masing komponen dapat diketahui, maka dalam rangka mengurangi beban keluarga miskin pemerintah dapat menetapkan komponen-komponen tersebut yang dapat disubsidi dan untuk berapa banyak subsidi tersebut dapat diberikan. (Supriado, 2003:125). Manfaat dengan diadakan ini agar sekolah dapat mengetahui pengaruh biaya yang dikeluarkan oleh orang tua siswa baik yang langsung maupun yang tidak langsung dibayarkan kepada sekolah terhadap prestasi belajar siswa. Biaya pendidikan yang selalu naik, dengan perhitungan pembiayaan dalam satuan Unit Cost = biaya. Tinjauan unit cost ini data bermacam-macam menurut luasnya faktor yang diperhitungkan. Unit cost lengkap adalah perhitungan unit cost berdasarkan fasilitas yang dikeluarkan untuk penyelenggaran pendidikan seperti gedung, halaman sekolah, lapangan, gaji guru, gaji personil, pembiayaan bahan dan alat dihitung secara keseluruhan program baik yang tergolong dalam kurikulum yang ekstra kurikuler.

Adapun tarif UKT berada disetiap prodi karena disesuaikan dengan kebutuhan prodi masing-masing. Dalam hal ini pihak universitas menyerahkan sepenuhnya kepada prodi dalam hal penentuan tarif UKT dengan alasan pihak prodi lah yang lebih mengetahui kebutuahan mahasiswa. Jika suatu prodi memiliki jumlah praktikum yang banyak maka tariff UKT pun lebih tinggi karena biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan praktikum, sebaliknya apabila prodi tidak memiliki praktikum maka tariff UKT lebih murah.

Penentuan tariff UKT telah melalui proses perhitungan yang matang. Semua angka biaya sudah melalui proses audit. Penentuan tariff UKT diawali dengan menghitung unit cost. Penghitungan unit cist berlaku sama di setiap perguruan tinggi. Yang mendapatkan Bantuan Operasioanal Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) bukanlah dana yang dijadikan pemasukan (input) tetapi justru dijadikan sebagai pengurangan.Jadi, UKT diperoleh dari unit cost yang dikurangi pembiayaan pemerintah dan BOPTN.

Unit Cost = biaya langsung + biaya tidak lansung
UKT = Unit Cost – pembiayaan dari pemerintah – BOPTN

Unit cost setengah lengkap adalah cara memperhitungkan biaya kebutuhan bahan dan alat yang berangsur-angsur  habis walaupun jangka waktu yang berbeda. Kapur tulis misalnya tidak seimbang jangka waktu habisnya jika dibandingkan dengan meja dan kursi yang dipakai siswa. Dalam perhitungan ini unit cost setengah lengkap ini masih dipersoalkan kedudukan biaya personil dan barang-barang yang secara tidak langsung berhubungan dengan siswa

Unit cost sempit adalah unit cost yang diperlukan hanya untuk memperhitungkan biaya langsung berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar menyangkut buku, alat pelajaran dan alat peraga. Dengan memperhitungkan unit cost ini maka dapat diketahui manakah diantara bidang-bidang pelajaran yang diberikan di sekolah yang paling mahal unit costnya.

Sabtu, 13 Desember 2014

Penjualan Jasa Pendidikan

1. Pengertian Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan atau HPP adalah istilah yang digunakan pada akuntansi keuangan dan pajak untuk menggambarkan biaya langsung yang timbul dari barang yang diproduksi dan dijual dalam kegiatan bisnis. Ini termasuk biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead dan tidak termasuk periode (operasi) biaya seperti penjualan, iklan atau riset dan pengembangan.

2. Perhitungan Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan (HPP) = persediaan awal + pembelian bersih - persediaan akhir
Berikut adalah bagan alur perhitungan yang saya buat sedemikian rupa sehingga menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami:
Penjelasan:
Dari bagan di atas jelas terlihat bahwa, alur penghitungan “Harga Pokok Penjualan” perusahaan manufaktur melalui 4 tahapan, mengikuti alur produksi, yang terdiri dari:
  • Tahap-1. Perhitungan “Bahan Baku Yang Digunakan”
  • Tahap-2. Perhitungan “Total Biaya Produksi”
  • Tahap-3. Perhitungan “Harga Pokok Produksi”
  • Tahap-4. Pergitungan “Harga Pokok Penjualan”
Berikut adalah penjelasan lebih rincinya:
Tahap-1. Perhitungan BAHAN BAKU YANG DIGUNAKAN:
Saldo Awal Persediaan Bahan Baku – Yang dimaksud dengan “saldo awal persediaan bahan baku” adalah total nilai persediaan bahan baku di awal periode yang dihitung (awal bulan untuk bulanan dan awal tahun untuk tahunan). Saldo awal periode yang dihitung sama dengan saldo akhir periode sebelumnya yang secara global bisa dilihat di Neraca, sedangkan per jenis bahan baku bisa dilihat di buku persediaan (inventory ledger) dan kartu stock. Cakupan “bahan baku” dalam hal ini termasuk: bahan penolong/pembantu/apapun namanya.
Pembelian Bahan Baku – Yang dimaksud dengan “pembelian bahan baku” dalam hal ini adalah total pembelian bahan baku (termasuk bahan penolong) NETO selama periode yang dihitung. Misalnya: “Perhitungan HPP untuk bulan Juni 2012”, berarti total pembelian bahan baku dari 1 s/d 30 Juni 2012. Jika “Perhitungan HPP untuk Tahun 2012”, berarti total pembelian bahan baku dari 1 Januari s/d 31 Desember 2012. Bisa dilihat di buku besar persediaan. Dan “NETO” dalam hal ini artinya: sudah memperhitungkan pengurangan dan penambahan akibat adanya discount, rabat, dan retur.
Saldo Akhir Persediaan Bahan Baku – Yang dimaksud dengan “saldo akhir persediaan bahan baku” adalah total nilai persediaan bahan baku (yang tersisa) pada akhir periode yang dihitung—setelah dilakukan penghitungan fisik dan penyesuaian-penyesuaian.
Bahan Baku yang Digunakan – Yang dimaksud dengan “bahan baku yang digunakan” dalam hal ini adalah total bahan baku yang diolah (diproduksi) untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Angka ini (Rp 67,000 dalam contoh) diperoleh dengan menggunakan formula perhitungan seperti yang terlihat pada bagan: saldo awal persediaan bahan baku + pembelian bahan baku – saldo akhir persediaan bahan.

Tahap-2. Perhitungan TOTAL BIAYA PRODUKSI
Bahan Baku yang Digunakan – Ini pindahan dari perhitungan tahap-1
Biaya Tenaga Kerja Langsung – Yang dimaksud dengan “biaya tenaga kerja langsung” adalah total upah karyawan/buruh yang pekerjaannya berimplikasi langsung terhadap volume output produk yang dihasilkan. Angkanya bisa dilihat dari daftar pembayaran gaji untuk karyawan yang masuk dalam kelompok “tenaga kerja langsung”. Yang masuk dalam kelompok tenaga kerja langsung adalah pegawai yang dibayar berdasarkan jumlah jam kerja (yang ada rate per jamnya) atau berdasarkan volume pekejaan yang diselesaikan (biasa disebut borongan). Sedangkan pegawai bagian produksi di luar kriteria itu, tidak ikut dihitung.
Overhead Produksi – Overhead ini sering menjadi sumber kebingungan dan simpang-siur. Begini saja, yang dimaksud dengan “overhead produksi” adalah segala biaya yang berhubungan dengan aktivitas produksi SELAIN bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung (lihat bahan penjelasan mengenai bahan baku di tahap-1). Termasuk dalam kelompok ini adalah biaya yang timbul dari aktivitas packaging, pengiriman barang, biaya pemeliharaan mesin dan peralatan, biaya pemeliharaan gedung pabrik dan gudang, penyusutan mesin dan peralatan, penyusutan gedung pabrik dan gudang.
Total Biaya Produksi – Yang dimaksud dengan “total biaya produksi” dalam hal ini adalah semua biaya yang timbul akibat aktivitas produksi yang berlangsung selama periode yang dihitung—termasuk bahan baku yang digunakan (itu sebabnya mengapa “biaya bahan baku yang digunakan” dari perhitungan tahap-1 diikutsertakan) ditambah biaya tenaga kerja langsung dan overhead produksi.
Note: Sampai pada tahap ini, perhitungan telah mencerminkan segala biaya/cost yang timbul dari aktivitas produksi selama periode yang dihitung, TETAPI belum mengikutsertakan penggunaan “persediaan barang dalam proses” yang merupakan SISA (saldo akhir) periode sebelumnya. Itu sebabnya mengapa hasil perhitungan sampai pada tahap-2 ini disebut “Biaya produksi” saja—BELUM disebut Harga Pokok Produksi. Lanjut ke tahap-3…

Tahap-3. Perhitungan HARGA POKOK PRODUKSI
Total Biaya Produksi – Ini pindahan dari perhitungan tahap-2 (baca note di tahap-1)
Saldo Awal Persediaan Barang Dalam Proses – Yang dimaksud dengan “saldo awal persediaan barang dalam proses” adalah total nilai persediaan barang dalam proses di awal periode yang dihitung. Saldo awal periode yang dihitung sama dengan saldo akhir periode sebelumnya yang secara global bisa dilihat di Neraca, sedangkan rincian per item/jenis barang bisa dilihat di buku persediaan (inventory ledger) persediaan barang dalam proses.
Saldo Akhir Persediaan Barang Dalam Proses – Yang dimaksud dengan “saldo akhir persediaan barang dalam proses” adalah total nilai persediaan barang dalam proses (yang tersisa) pada akhir periode yang dihitung—setelah dilakukan penghitungan fisik dan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan.
Harga Pokok Produksi – Yang dimaksud denga “harga pokok produksi” adalah segala biaya/cost yang timbul dari aktivitas produksi pada masa yang dihitung (itu sebabnya mengapa total biaya produksi dari hasil perhitungan tahap-2 diikutsertakan) ditambah dengan saldo awal persediaan barang dalam proses, lalu dikurangi saldo akhirnya.
Note: Ketiga tahap (dari tahap-1 s/d tahap-3) ini sudah mewakili semua biaya/cost yang timbul dari aktivitas suatu proses manufaktur (pabrikan). Dengan kata lain, mencerminkan semua biaya/cost yang timbul akibat proses pengolahan dari bahan baku menjadi barang yang siap untuk dijual. Kasarannya, angka ini mewakili nilai persediaan barang jadi yang berhasil dibuat selama periode yang dihitung. TETAPI belum mengikutsertakan penggunaan persediaan barang jadi SISA dari periode sebelumnya. Itu sebabnya mengapa hasil perhitungan sampai tahap-3 ini disebut “Harga Pokok Produksi” saja—BELUM disebut Harga Pokok Penjualan. (Untuk menentukan HARGA POKOK PRODUKSI SATUAN, perhitungan dibuat ditahap ini dengan cara membagi total nilai harga pokok produksi dengan jumlah output produk yang dihasilkan selama periode tersebut, dibuat per jenis/item produk.)

Tahap-4. Perhitungan HARGA POKOK PENJUALAN (HPP)
Harga Pokok Produksi – Ini pindahan dari perhitungan tahap-3 (baca note di tahap-3)
Saldo Awal Persediaan Barang Jadi – Yang dimaksud dengan “saldo awal persediaan barang jadi” adalah total nilai persediaa barang jadi di awal periode yang dihitung. Saldo awal periode yang dihitung sama dengan saldo akhir periode sebelumnya yang secara global bisa dilihat di Neraca, sedangkan rincian per jenis/item barang bisa dilihat di buku persediaan (inventory ledger) barang jadi dan kartu stock.
Barang Tersedia Untuk Dijual – Yang dimaksud dengan “barang tersedia untuk dijual” adalah total nilai persediaan barang jadi—yaitu: barang jadi yang dihasilkan selama periode yang dihitung ditambah dengan saldo awal persediaan barang jadi (alias sisa barang jadi dari periode sebelumnya)—yang tersedia atau siap untuk dijual.
Saldo Akhir Persediaan Barang Jadi – Yang dimaksud dengan “saldo akhir barang jadi” adalah nilai persediaan barang jadi (yang tersisa) di akhir periode yang dihitung—tentunya setelah melalui penghitungan fisik dan rekonsiliasi (antara fisik barang dan catatan), serta adjustments yang diperlukan telah dimasukan.
Harga Pokok Penjualan (HPP) – Inilah hasil (angka) yang diperoleh diujung alur proses—setelah melalui empat tahap penghitungan—untuk menentukan harga pokok penjualan perusahaan manufaktur.